­

Jurnal 13, Kartini

Sangat terlambat untuk menuliskan ini, dan mengingat pepatah 'lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali' saya tetap bertahan menulisnya.


'Ibu Kita Kartini' lagu pertama yang bisa saya mainkan dengan pianika, mungkin hal yang sama juga berlaku pada banyak anak-anak yang belajar memainkan pianika.

21 April adalah hari lahir dari seorang perempuan asal bangsa Indonesia yang berhasil memperjuangkan hak-hak bagi kaum perempuan. Banyak perempuan di zaman sekarang yang menganut emansipasi wanita', tapi lebih banyak lagi diantara mereka yang tidak mengerti makna dari kata emansipasi. Dan, saya termasuk golongan yang tidak benar-benar mengerti makna dari emansipasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria), Sedangkan Emansipasi wanita dapat diartikan sebagai proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Terkadang saya berpikir, apakah saya saat ini saya akan hidup seperti banyak perempuan pada zaman penjajahan jika Kartini tidak pernah ada. Mungkin saya tidak akan pernah bisa belajar mengenal ilmu -ilmu tentang veteriner.
Kartini dengan surat-suratnya yang akhirnya dibuat menjadi buku dan terkenal dengan "Habis gelap terbitlah terang" mampu membawa perubahan besar bagi perempuan Indonesia. Dan di abad ke-21 ini sebagai perempuan Indonesia sudah seharusnya kita melanjutkan perjuangan Kartini tanpa meninggalkan adat istiadat dan Budaya yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. 

Dalam hidup saya ada banyak perempuan-perempuan hebat yang telah mendidik dan membesarkan saya sampai dengan hari ini.
  • Mak, saya tidak pernah punya yang namanya nenek karena dari kecil saya selalu ikut memanggil ibu dari papa saya dengan sebutan 'Mak'. Beliau adalah orang yang paling menyayanggi saya sekaligus yang paling keras terhadap saya. Mungkin karena jarak usia antara saya dengan cucu mak sebelum saya lebih dari 10 tahun membuat beliau sangat menyayanggi saya. Mengantar ke sekolah saat TK, menunggui saya pulang saat SD karena takut dikerjai teman saat berulang tahun,  memasakkan bubur dan soup saat saya sakit, menunggu  di depan saya yang pulang terlalu sore saat SMA, dan yang berjanji akan mengantarkan saya ke Bogor saat saya diterima di Universitas. Dan yang terakhir, beliau tidak dapat menepati janjinya karena beliau telah di panggil yang diatas. Sedangkan dari sisi saya, terlalu banyak kesalahan yang saya perbuat, bertengkar karena hal kecil, rebutan channel TV,  tidak mau memakan ikan yang dimasak untuk sata, atau meninggalkan beliau di rumah sendiri hanya karena saya ingin main.
  • Mama, perempuan yang melahirkan saya 20 tahun yang lalu, 9 bulan di dalam rahim mama yang selalu menantikan kelahiran saya. Mama yang selalu menghawatirkan saya dan yang menjaga saya  ketika bayi. Saat melihat cara mama menghawatirkan saya (sampai dengan hari ini), terkadang saya membayangkan betapa mama akan sangat ketakutan ketika rasa ingin tahu feby kecil  dimulai. Mama yang khawatir saya akan terluka saat belajar mengendarai sepeda, Mama yang datang mengambil raport sekolah ketika SD, mama yang selalu memarahi saya akibat kecerobohan yang (sangat) sering saya lakukan, dan mama yang tidak pernah tidur saat saya ikut camping di sekolah. Dosa yang sering saya perbuat adalah membuat mama khawatir terutama sejak saya berada di Bogor.
  • Ngoh, sebenarnya ngoh adalah panggilan untuk kakak ke-dua, tapi saya memanggil tante yang harusnya saya panggil Telengoh dengang panggilan ngoh saja. Sejak usia 6 tahun saya tinggal bersama ngoh karena ngoh hanya tinggal berdua bersama mak saat Apak meninggal dan kedua uni saya sedang menempuh studi di luar kota. Intensitas kebersamaan saya dengan ngoh lebih banyak jika dibandingkan dengan mama, mungkin karena itu saya lebih dekat dan leluasa bercerita dengan ngoh. tapi di hati saya ngoh dan mama adalah orang-orang yang paling saya sayangi. 
  • Ibuk, nenek yang tidak disebut nenek oleh cucu-cucunya. Saya memanggil ibu dari mama saya dengan sebutan ibuk. Kalau mak adalah orang yang mendidik saya dengan peraturan dan disiplin tinggi, ibuk adalah kebalikannya. Ibuk sangat memanjakan saya dan saya adalah cucu favorit ibuk nomor satu, banyak hal yang mendasari hal ini dan yang paling saya sadari adalah saya adalah yang paling berbeda diantara cucu-cucu ibuk yang lain dan saya adalah yang paling jarang datang ke rumah ibuk. Yang paling saya ingat tentang ibuk adalah masakannya, ibuk adalah koki terhebat yang pernah saya kenal jadi tidak heran jika keluarga besar mama selalu berkumpul di rumah ibuk setiap ada hari besar. Sebuah rahasia yang saya tahu tentang mama dan ibuk adalah obsesi mama untuk mengalahkan kelezatan masakan ibuk. Penilaian saya tentang obsesi mama adalah mama saya belum berhasil, perjalanan mama masih 60% untuk mengalahkan ibuk. Dan sejak ibuk meninggal dunia satu tahun yang lalu, saya tidak pernah makan masakan favorite saya yang hanya boleh dimasak oleh ibuk.
Saya diantara mereka semua hanyalah gadis kecil manja dan penakut yang hanya bisa mengeluh dan mengeluh, tapi suatu hari saya akan menjadi orang yang hebat dan mampu berbuat lebih banyak seperti apa yang telah diajarkan oleh orang tua saya.

Saya bukan Kartini,
Saya bukan Mak,
Saya bukan Mama,
Saya bukan Ngoh,
Saya bukan Ibuk,
Saya hanyalah Feby yang telah dibekali banyak hal oleh mereka semua dan saya akan berusaha menjadi yang baik, lebih baik, dan terbaik.

Selamat Hari Kartinii untuk semua perempuan Indonesia \(^o^)

You May Also Like

1 Comments

  1. suka banget sama postingan yang ini...

    setiap tulisan2 yang kau ciptakan itu selalu bagus...

    terus berkarya bi....buatlah mereka yang kau sebutkan namanya yang dia atas itu bangga dengan Feby Yolanda Wulandari. okey sist..??

    BalasHapus