Jurnal 111, Save Orang Utan
~Jika boleh jujur, waktu terbaik untuk melestarikan orang utan adalah 20 tahun silam. Namun, waktu terbaik berikutnya adalah sekarang, mulai detik ini~
Saya sangat menyukai kalimat yang dijadikan clossing untuk pengumuman lomba blog Save Orang Utan yang dilaksanakan oleh Phinemo bekerja sama dengan Be Borneo Tour. Ketika mendengar kata orang utan, yang saya pikirkan adalah masa depan. Sejak menjadi mahasiswa kedokteran hewan dan bergabung dalam himpunan minat satwa liar, saya selalu membayangkan bekerja di hutan Borneo dan membantu pelestarian orang utan.
Orang utan merupakan satu dari empat jenis kera besar yang hidup di dunia. Orang utan merupakan satwa endemik dari Andalas dan Borneo. Orang utan terbagi menjadi dua spesies yaitu Pongo pygmaeus (Orang Utan Kalimantan) dan Pongo abelii (Orang Utan Sumatera). Orang utan merupakan spesies yang terancam punah berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh World Conservation Union dalam IUCN Red List 2007. Status perdagangan dan pemanfaatan orang utan yang diatur oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) termasuk dalam kategori Appendix 1 yaitu daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.
~Lalu, apa manfaat dan mudarat keberadaan orang utan dalam ekosistem sehingga perlu diatur dalam dua aturan internasional?~
Saat masih duduk di bangku SMA saya akan menjawab, orang utan perlu dipertahankan agar tidak punah agar mereka tetap lestari dan dapat dilihat oleh anak cucu kita kelak. Ratusan atau ribuan tahun kelak, anak-anak tetap bisa melihat orang utan di kebun binatang atau kebetulan bertemu di hutan bukan hanya menonton dalam film sains fiction yang berjudul Jurrasic Park. Setelah belajar, berdiskusi, dan membaca literatur, saya semakin sadar keberadaan orang utan di hutan Andalas dan hutan Borneo bukan hanya sebatas koleksi yang perlu dipertahankan keberadaanya. Orang utan merupakan bagian dari ekosistem dan mereka mengenggam kelestarian ekosistem yang ada di hutan.
Orang utan merupakan satwa arboreal yang hidup diatas pohon. Selama kehidupanya, orang utan akan makan, beraktivitas, dan selama proses tersebut mereka juga menyebarkan bibit tanaman di hutan. Populasi orang utan terus berkurang secara signifikan. Kondisi ini diakibatkan oleh hilangnya habitat, pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan, dan perdagangan orang utan untuk dijadikan pet animal.
Kita mungkin bukan orang yang memiliki kekuasaan seperti pemerintah yang mampu mengeluarkan aturan dan keputusan untuk perlindungan orang utan. Kita juga belum tentu memiliki kemampuan materil untuk membantu NGO dalam bidang konservasi orang utan. Dan, tidak semua dari kita memiliki waktu dan kesempatan untuk turun langsung ke lokasi untuk menyelamatkan orang utan yang menjadi korban keserakahan manusia. Namun, kita semua memiliki media yang tak terbatas untuk melakukan kampanye perlindungan dan penyelamatan orang utan.
~Tri Hita KaranaGood relationship with almighty godGood relationship with humanGood relationship withenvironment
Orang utan merupakan satwa liar endemik Indonesia yang perlu dilindungi oleh semua kalangan. Orang utan merupakan salah satu agen yang akan mempertahankan keberadaan hutan Indonesia yang katanya paru-paru dunia. Orang utan bukan pet animal, mereka adalah satwa liar yang lebih bahagia hidup bersama kelompoknya dalam hutan Borneo. Cerita perjalanan terbaik bagi seekor orang utan adalah hidup bersama kelompoknya bermain, berkelahi, dan secara tidak langsung menebar bibit di penjuru hutan.
Cara terbaik untuk pelestarian orang utan adalah tidak pernah merusak habitat mereka dan tak pernah membawa mereka keluar dari habitatnya. Akibat keserakahan manusia banyak orang utan menjadi korban sehingga perlu dibentuk konservasi orang utan di luar habitat alaminya. Salah satu kawasan perlindungan orang utan di Kalimantan terdapat di Taman Nasional Tanjung Puting. Pusat konservasi ini diharapkan mampu melindunggi orang utan dari kepunahan.
Tak hanya Orang utan yang harus kita lindungi, ada banyak satwa liar yang hidup di Indonesia yang terancam kepunahan. Salah satu kawasan konservasi satwa liar yang penting di Borneo terdapat di Kepulauan Derawan. Kepulauan derawan penting untuk perlindungan satwa aquatik seperti penyu hijau, penyu sisik, paus, duyung, dan lumba-lumba .
Saya adalah seorang mahasiswa yang akan menjadi dokter hewan, namun cita-cita saya adalah menjadi seorang blogger konservasi. Seorang yang konsisten menulis tentang satwa liar dan pelestariannya serta mengajak orang-orang agar memiliki visi untuk melindungi satwa liar di habitatnya. Tapi hingga saat ini, cita-cita tersebut hanya sebuah tulisan ada banyak kondisi yang menghalangi saya untuk konsisten menulis. Semoga tulisan ini bisa menjadi awal bagi saya untuk menjadi blogger yang konsisten untuk berbagi tentang satwa liar.
2 Comments
Save human lebih tepat, Feb. Wahaha.
BalasHapusPas gue baca buku "Kamu: Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya", Orang Utan ini bilang ke manusia kalau manusia mau mah, bisa aja bikin bumi dipenuhi sama bangsa manusia doang. Tanpa perlu ada bangsa primata. Sisain aja hewan dan tumbuhan yang menguntungkan. Syukurnya, manusia nggak melakukan itu. Orang Utan di novel fiksi itu masih percaya sama manusia-manusia baik. Dan lu salah satunya. ^__^
Keren. :))
Yogaa....
Hapusterima kasih, aku terharu bacanya 😂😂😂